ESSAY
LITERASI KOMUNITAS DAN GERAKAN
PERUBAHAN
Dalam khazanah pembelajaran bahasa,
literasi diartikan melek huruf, kemampuan baca tulis,
kemelek wancanaan atau kecakapan dalam membaca dan menulis (Teale & Sulzby, 1986;
Cooper, 1993:6; Alwasilah, 2001). Literasi merupakan ketidak buta hurufan yang
lebih sering dipahami sebagai melek aksara dalam artian kepahaman dalam memperoleh informasi atau wacana
yang terdapat dalam media tulis yang
dominan terhadap aktivitas kegiatan membaca dan menulis serta kemahiran berkomunikasi
social dalam masyarakat. UNESCO (2003) mendefisikan makna literasi sebagai makna dan hubungan sosial
yang berkaitan dengan bahasa, pengetahuan,
dan budaya.Seiring berkembangnya zaman dari waktu kewaktu literasi mengalami perkembangan,
salah satu di antaranya yaitu literasi yang berkolerasi dengan komunitas serta gerakan perubahan.
komunitas menurut Soerjono Soekanto (2012 : 3) merupakan sekelompok manusia yang
menunjuk pada sekelompok individu atau warga suatu daerah seperti desa, kota, suku,
atau bangsa. Komunitas pada umumnya merupakan sekelompok individu yang memiliki ketertarikan pandangan serta persepsi
yang sama yang menjadikan sebagai suatu bentuk kesatuan yang memiliki solidaritas,
kaeeratan hubungan antara anggota dalam satu komunitas dengan melandaskan perasaan saling melindungi dan menjaga eksistensi komunitas. Komunitas dalam masyarakat mempunyai peranan
yang peting dalam pembentukan nilai – nilaisosial, yang mana membutuhkan peran pendukung sebagai pemicu dalam pergerakan.
Secara tak sadar kehidupan komunitas dalam bermasyarakat ikut berpartisipasi dalam menumbuhkan budaya literasi dilingkungannya,
sebagai contoh sebuah Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M)
dikabupaten indramayu, Jawa Barat tahun
2016. Kegiatan ini dicanangkan untuk meningkatkan pendidikan dan pemberdayaan perempuan marjinal.
Perempuan marjinal merupakan masyarakat kelas bawah yang
terpinggirkan dari kehidupan masyarakat.contoh dari perempuan marjinal antara lain
pengemis, pemulung, buruh, petani, dan orang-orang dengan penghasilan
pas-pasan atau bahkan kekurangan. Gerakan ini ditujukan untuk perempuan berusia antara 16 – 45
tahun yang pendidikannya belum tinggi, akses sumber yang masih terbatas,
lokasi daerahnya masih tertinggal sehingga mengalami kesulitan mengakse ssegala macam literasi.Gerakan ini bermanfaat untuk memberi bekal pengetahuan dan keterampilan khususnya perempuan marjinal
yang meliputi peningkatan ekonomi keluarga ,
dengan menurunkan buta aksara, khususnya bagi perempuan marjinal.
Disalah satu sisi, pergerakan perubahan juga berperan sebagai representasi semangat individu,
komunitas,serta organisasi dalam memotivasi untuk mencapai sebuah maksud serta tujuan tertentu. Sebuah gerakan perubahan dapat mengarahkan kepada sebuah perubahan dalam merubah tatanan kehidupan
social yang lebih baik.Gerakan perubahan merupakan aktivitas sosial yang bergerak dalam jumlah
yang besar mau pun individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu – isu sosial dengan melaksanakan,
menolak,
atau megampanyekan sebuah perubahan sosial.Perubahanse bagaimana dijelaskan dalam ilmu sosiologi terjadi hanya ketika terdapat pertentangan oleh sekelompok
orang yang tidak sepakat dengan kondisi yang ada dalam masyarakat. Keberujungan pertentangan pada konflik
social bertujuan untuk merubah tatanan dan sistemsosial yang telahada. Proses
perubahan tatanan dalam kehidupan social berubah seiring kemajuan peradaban dunia,kaitannya dengan
proses perubahan tatanan hidup litersi memberikan kontribusi besar dalam perubahan tatanan
social. Seperti yang dilakukan oleh Sultan
Fatimiyah II di abad ke-10 membangun empat puluh ruangan yang
dipenuhi dengan buku dengan berbagai sains kuno yang terangkum dalam delapan belas ribu
volume. Berkat tradisiliterasi dikembangkan Islam, ilmuwan-ilmuwan Islam
menjadi pelopor lahirnya sains modern. Salah satu gerakan perubahan lainnyaya ituterdapat di Indonesia
itu sendiri yakni Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marjinal (GP3M)
dikabupaten indramayu, Jawa Barat tahun 2016. Kegiatan ini dicanangkan untuk meningkatkan pendidikan dan pemberdayaan perempuan marjinal. Dalam strategi pemberdayaan ini,
gerakan perubahan tatanan social
perempuan marjinal mengalami reformasi perubahan dimana perempuan marjinal diberikan bekal pengetahuan dan keterampilan khususnya dari berbagai aspek,
diantaranya meningkatkan ekonomi keluarga melalui berbagai kegiatan pendidikan pemberdayaan perempuan,
menurunkan angka buta aksara,
khususnya bagi perempuan marjinal. menurunkan tingkat jumlah korban tindak pidana perdagangan
orang khususnya perempuan dananak, dan menurunkan jumlah buruh migran/tenaga kerja khususnya perempuan keluar negeri.
Relasiliterasi ,komunitas ,
serta berbagai bentuk gerakan perubahan terus mengalami penyesuaian sesuai dengan kemajuan .
Kebuta – aksara and alam hal ini mencakup ketidak kecakapan dalam berbahasa, ketidak kemampuan dalam membaca,
menyimak, berbicara, berpikir,
serta menulisakan menghancurkan serta memerosotkan sebuah bangsa dan negara. Milton
mengutip dalam Baez (2013:13) bahwa yang
dihancurkan dalam sebuah buku adalah rasionalitas, barang siapa yang
menghancurkan buku sama halnya membunuhr asioitu sendiri.
Peran literasi komunitas dan gerakan perubahan memotivasi serta mendorong setiap individu dan masyarakat untuk berpikir yang ada disekitarnya.